![]() |
SIDOARJO||LENSA-GLOBAL.com - Setelah dihantui ketegangan politik dan tarik-ulur yang dramatis, Rapat Paripurna DPRD Sidoarjo akhirnya berjalan penuh harap dan empati. Selasa (1/7/2025), momentum itu mendadak menjadi panggung serius, parlemen dan eksekutif duduk bersama, membahas masa depan Sidoarjo lewat Rancangan RPJMD 2025–2029. Kuorum terpenuhi, 38 anggota dewan hadir.
Momen ini tidak hanya menjadi catatan politik, tetapi simbol rekonsiliasi, bukan sekadar birokratis, melainkan emosional dan menyentuh harapan masyarakat. Semua fraksi, meski berbeda warna dan suara, tampak satu nafas, yakni pembangunan Sidoarjo tak boleh tersandera ego sektoral, dan harus lebih diutamakan.
“Perkara jalannya beda-beda, tapi tujuannya sama,” ungkap Abdillah Nasih, Ketua DPRD Sidoarjo, dengan suara yang terdengar mantap namun penuh harap. “Alhamdulillaah, sudah ada kesepahaman. Legislatif dan eksekutif harus saling menyatu, karena tak bisa berjalan sendiri-sendiri”.
Nasih mengakui, penundaan paripurna sebelumnya bukan sabotase politik, tetapi karena RPJMD yang diajukan eksekutif masih perlu penguatan. “Masih ada banyak temuan dari fraksi-fraksi yang tidak akomodatif. Misalnya, target-target OPD masih berbasis teori, bukan potensi lapangan,” jelasnya.
Ia menyampaikan keinginan besar, agar RPJMD ini menjadi dokumen yang benar-benar hidup, menyatu dengan denyut masyarakat. “Kerja birokrasi pasti dinamis. Tapi dinamika itu bagian dari ikhtiar bersama menuju kebaikan,” ucapnya tulus.
Dalam nuansa sejuk yang jarang terlihat sebelumnya, DPRD kini juga membuka pintu bagi masyarakat. “Kami akan dorong Pansus RPJMD menggelar audiensi terbuka. Forum publik akan dibuat. Tak adil bila rencana 5 tahun ini dimonopoli elit,” tegas Nasih.
Rapat paripurna ini memberi harapan bahwa konflik bisa berubah jadi kolaborasi, jika ada kemauan. Atmosfernya sejuk, substansinya padat, dan respon publik hangat. Semua tanda ini, bisa menjadi titik balik.
“Saya ingin melihat RPJMD ini tidak hanya jadi dokumen perencanaan, tapi juga janji moral kepada rakyat,” pungkasnya.
Kini, semuanya tergantung pada langkah berikutnya. Mampukah para pemimpin di Sidoarjo mewujudkan RPJMD bukan hanya sebagai rancangan pembangunan, tetapi juga cermin empati, harapan, dan masa depan bersama.(AL/JD/*)