![]() |
SIDOARJO||LENSA-GLOBAL.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur bersama Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar Media Breifing 2025 yang bertajuk "Sinergi dan Kolaborasi untuk Menjaga Stabilitas dan Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dalam Rangka Mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara di Gedung OJK Surabaya, Kamis (14/8/2025).
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) provinsi Jawa Timur, Yunita Linda Sari memastikan kinerja sektor keuangan di provinsi Jawa Timur tetap solid meskipun perekonomian global masih dibayangi ketidakpastian.
Namun ditegaskan pula, permodalan perbankan di Jawa Timur berada di level yang kuat, likuiditas memadai dan resiko kredit masih terkendali. Kondisi ini tercermin dari intermediasi perbankan yang tumbuh positif, baik dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit yang terus meningkat meskipun ada sedikit kenaikan pada rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL), urainya.
Yunita juga menjelaskan bahwa rasio NPL bruto pada Juni 2025 tercatat sebesar 3,54%. Angka ini naik tipis dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang berada di level 3,24%. Meski demikian kondisi ini masih dalam batas terkendali. "Kenaikan NPL memang tinggi, tetapi tidak setinggi yang kami takutkan", ujarnya.
Selain itu, Yunita juga menegaskan bahwa permodalan perbankan di Jawa Timur berada pada level yang kuat, likuiditas memadai, dan risiko kredit terkendali. Kondisi itu tercermin dari intermediasi perbankan yang tumbuh positif, baik dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit yang terus meningkat.
Salah satu indikator penting adalah capaian penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang hingga Juni 2025 telah mencapai Rp 66,73 triliun. Angka ini menempatkan Jawa Timur di posisi kedua tertinggi secara nasional setelah Jawa Tengah. Mayoritas KUR disalurkan untuk modal kerja, dengan porsi terbesar pada kategori non-UMKM.
“Pencapaian ini menunjukkan peran KUR yang signifikan dalam mendorong aktivitas usaha dan memperkuat daya tahan ekonomi daerah,” ujar Yunita.
Selain sektor perbankan, OJK Jatim mencatat kinerja positif di pasar modal. Hingga pertengahan 2025, terdapat 55 emiten asal Jawa Timur dengan total dana terhimpun Rp 14,7 triliun melalui penawaran umum. Hal ini menunjukkan minat pasar yang tetap tinggi meski sentimen ekonomi global cenderung pesimis.
Pertumbuhan juga terlihat pada sektor penerbitan, terutama dari industri barang konsumsi primer yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Industri reksa dana pun menunjukkan tren positif baik dari jumlah nasabah maupun nominal transaksi. Sementara itu, industri penjaminan di Jawa Timur turut mencatatkan pertumbuhan meskipun tidak setinggi periode sebelumnya.
Disisi lain, pertumbuhan kredit di Jawa Timur masih menunjukkan tren positif. Secara year on year (yoy), intermediasi perbankan di Jawa Timur per Juni 2025 tetap berada di jalur positif, dengan pertumbuhan kredit sebesar 5,46% dan DPK sebesar 3,48%. Permodalan perbankan terjaga kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 30,47%. Risiko kredit pun termitigasi, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,58%, sementara rasio likuiditas yang diukur dengan AL/DPK dan AL/NCD berada di atas ambang batas (threshold).
“Secara keseluruhan, sektor keuangan Jawa Timur berada dalam kondisi sehat. Sinergi dan kolaborasi antar-stakeholder menjadi kunci menjaga stabilitas sekaligus mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di daerah ini,” tegas Yunita.
Dengan capaian KUR yang konsisten tinggi dan stabilitas sektor keuangan yang terjaga, Jawa Timur semakin mengukuhkan perannya sebagai salah satu penggerak utama ekonomi nasional, sekaligus gerbang baru pertumbuhan di kawasan timur Indonesia
Terkait hal ini, OJK terus melakukan pengawasan ketat terhadap lembaga perbankan termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR). OJK juga rutin menghimbau perbankan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit dan mencadangkan dana untuk mengantisipasi resiko. Diharapkan ini semua bisa membantu menjaga NPL agar tidak terlalu tinggi, pungkasnya.(nd)